Lugasmedia, Kutai Kartanegara – Festival Erau merupakan bukti nyata kekayaan dan keberagaman budaya yang diwariskan oleh masyarakat Kutai. Erau menjadi panggung bagi identitas nasional Indonesia yang tercermin melalui kearifan masyarakat lokal. Festival ini juga menyoroti semangat masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai luhur dari tradisi dan budaya mereka.
Dalam pidatonya Bupati Kukar Edi Damansyah mengatakan bahwa, event Erau merupakan ruang terbuka yang tersedia bagi masyarakat dalam menunjukan jati diri.
Serta sebagai aktualisasi nilai seni, dan budaya masyarakat. Guna meningkatkan potensi kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kukar. Terutama agar perekonomian masyarakat Kukar terus bergerak.
Erau juga dapat menjadi potensi penggerak, dan dapat meningkatkan pariwisata di wilayah Kaltim, juga akan menjadi citra eksklusif yang membanggakan bagi masyarakat Kaltim dan berdirinya Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) di masa yang akan datang.
Edi mengutip salah satu pasal dalam Undang-Undang (UU) Panji Selaten Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang menyebutkan bahwa “Siapa-siapa yang ada di Tanah Kutai dan teluk rantaunya, meminum air dan diam berusaha dalam daerahnya, tiada menjunjung akannya atau hukum ini, akan dihukum oleh Tanah Kutai serta adatnya”.
Atas itu penting untuk menjaga nilai sakral dari upacara adat Erau, yang pada hakikatnya adalah ritual untuk memohon berkah atas tanah, hutan, dan air guna mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mempertahankan sikap yang pantas selama prosesi upacara adat Mengulur Naga dan Belimbur ini.
“Saya meminta masyarakat untuk tetap menjaga dan junjung tinggi marwah adat Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan menjaga etika serta kaidah bersikap secara normatif dalam upacara Erau Adat Pelas Benua tahun 2023 ini, sehingga Erau dapat terlaksana dengan lancar, aman, dan tertib,” kata Bupati Kukar Edi Damansyah.(Adv/Diskominfo Kukar)