Lugasmedia – Mudik, sebuah kata yang tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, terutama saat menjelang Lebaran. Tradisi pulang kampung ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan hari raya Idul Fitri, namun tahukah Anda bahwa sejarah mudik ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit?
Dari hasil penelusuran sejarah, dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, menyatakan bahwa mudik sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam. Pada masa itu, wilayah kekuasaan Majapahit yang luas membuat para pejabat kerajaan harus ditempatkan di berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya. Saat tugas penugasan berakhir, mereka akan kembali ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya, sebuah tradisi yang kemudian berkembang menjadi fenomena mudik seperti yang kita kenal sekarang.
Istilah mudik sendiri mulai populer pada tahun 1970-an, namun jika ditilik lebih jauh, kata “mudik” telah digunakan sejak abad ke-14, ditemukan dalam naskah kuno berbahasa Melayu, “Hikayat Raja Pasai”, yang bertarikh sekitar tahun 1390. Awalnya, kata “mudik” memiliki arti ‘pergi ke hulu sungai’, namun seiring waktu, maknanya berkembang menjadi ‘pergi ke kampung halaman’.
Perubahan makna ini mencerminkan evolusi budaya dan sosial masyarakat Indonesia. Dari sekadar perjalanan ke hulu sungai, mudik kini menjadi simbolisasi dari kembali ke akar, ke keluarga, dan ke tempat di mana seseorang berasal. Ini menunjukkan pentingnya nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang kuat dalam budaya Indonesia.
Lebaran 2024 sendiri diprediksi menjadi momen mudik yang paling meriah sepanjang sejarah, dengan perkiraan jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang, atau sekitar 72 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya dan menggarisbawahi betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Indonesia.
Sejarah mudik adalah cerminan dari perjalanan panjang tradisi dan budaya yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Ini bukan hanya tentang perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga perjalanan emosional yang menghubungkan hati dan memperkuat ikatan keluarga. Mudik, dengan segala kompleksitas dan kehangatannya, adalah esensi dari kebersamaan dan keharmonisan yang menjadi inti dari masyarakat Indonesia.