Lugasmedia, Purwakarta – Setelah lebih dari tiga dekade beroperasi, PT Sepatu Bata Tbk (Bata) telah mengumumkan penutupan fasilitas produksinya di Purwakarta, Jawa Barat. Keputusan ini diambil setelah perusahaan mengalami penurunan permintaan yang signifikan, yang berujung pada kerugian finansial yang tidak dapat diatasi.
Pabrik yang didirikan pada tahun 1994 ini telah menjadi bagian dari industri alas kaki Indonesia selama bertahun-tahun, namun tantangan ekonomi terkini dan persaingan pasar yang ketat telah memaksa Bata untuk mengambil langkah drastis. Menurut laporan, Bata membukukan penjualan neto sebesar Rp 609,61 miliar pada tahun 2023, turun 5,26 persen dari tahun sebelumnya.
Presiden Joko Widodo telah memberikan komentar mengenai penutupan ini, mengakui bahwa naik turunnya bisnis adalah hal yang lumrah terjadi karena berbagai kondisi, termasuk efisiensi dan persaingan dengan produk baru. Meskipun demikian, beliau menekankan bahwa secara makro, ekonomi Indonesia masih dalam keadaan baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,11 persen pada kuartal pertama tahun 2024.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, juga menyatakan bahwa penutupan pabrik Bata merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis untuk mencapai efisiensi. Pemerintah telah menyarankan agar Bata memperkuat pabriknya di Indonesia dan telah membuat kebijakan larangan dan pembatasan impor untuk mendukung industri lokal.
Penutupan pabrik Bata tidak hanya berdampak pada ekonomi lokal, tetapi juga pada ratusan pekerja yang telah mengabdikan diri mereka untuk perusahaan. Ini menandai akhir dari sebuah era bagi merek yang telah lama dikenal sebagai simbol kualitas dan keandalan di Indonesia.
Dengan penutupan ini, Bata bergabung dengan daftar panjang perusahaan yang harus menyesuaikan strategi bisnis mereka di tengah kondisi pasar yang berubah. Ini adalah pengingat bagi semua pelaku industri bahwa adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk bertahan dalam persaingan global yang semakin intens.