Lugasmedia, SAMARINDA – Permasalahan kelangkaan gas melon atau LPG 3 kilogram di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur masih menjadi perbincangan masyarakat di Samarinda.
Terlebih, kelangkaan ini diperparah dengan harga gas melon yang melonjak melebihi dari Harga Eceran Tertinggi (HET).
Sementara itu, sebelumnya Area Manager Communications, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra mengaku bahwa pihaknya tengah berupaya memenuhi kebutuhan elpiji 3 kg bersubsidi sebanyak 120.000 tabung secara fakultatif selama bulan Juni.
Mengenai kuota subsidi di Kota Samarinda, kata Arya, saat ini kuota gas masih terbilang aman. Lantaran terdapat 20 agen dan setidaknya 550 pangkalan tersedia di Kota Samarinda.
Hingga saat ini, dari kuota sekitar 9,7 juta tabung untuk tahun 2024, sekitar 4 juta tabung atau 41 persen yang sudah disalurkan.
“Artinya, masih ada lebih dari 50 persen kuota yang tersisa dan stok saat ini juga dalam keadaan aman,” katanya.
Meskipun pasokan gas diyakini aman, Anggota Komisi II DPRD Kota Samarinda, Abdul Rohim, menekankan pentingnya pengawasan ketat dari pemerintah kota dan Pertamina untuk memastikan kelancaran distribusi dan mencegah penimbunan.
“Pengawasan distribusi gas sepenuhnya tanggung jawab Pertamina,” ujar Rohim.
Rohim mengatakan, bahwa hal ini bisa berkaca dari Bulog, yang menindak tegas pedagang yang menjual beras melebihi HET dengan menghentikan suplai barangnya.
“Harusnya tegas yang seperti itu juga terlihat dari Pertamina,” ujarnya.
Rohim menduga kelangkaan gas di Samarinda bukan hanya disebabkan oleh tingginya permintaan.
Sebab itu, dirinya menegaskan bahwa pengawasan dan tindakan tegas terhadap pelanggaran tata niaga gas dapat menjamin stabilitas stok dan mencegah kelangkaan.
“Stok gas memang ada, tapi jika ada spekulan yang bermain bisa tiba-tiba hilang dari pasaran. Ini harus diawasi ketat dan pelanggarnya harus ditindak,” tegas Rohim. (adv/DprdKotaSamarinda)